Berbagi Kisah: Cara Hidupnya Berbeda

Dia Berbeda Tapi Tetap Kebanggaan

Bismillaah,

Ana terlahir sebagai sosok perempuan yang lemah, sehingga seringkali mendapat cemoohan dari orang-orang yang tidak memahami perasaan.

Setelah dewasa, menikah, dan menjadi seorang ibu dari satu anak.. ternyata masih juga jadi cemoohan orang.

“DRAMA” SEORANG IBU PEMULA

Perjuangan sejak hamil sampai membesarkan anak, ibarat drama..

Ana sering stress dan mengalami tekanan mental berkali-kali. Anak ana masuk rumah sakit, minum obat tiap hari, sering sakit-sakitan… dan tiap sembuh, selalu datang penyakitnya secara bertubi-tubi.

🥀 SEBURUK ITUKAH??

Karena kondisi anak ana, seringkali ana mendapat komentar negatif.

Ana dinilai belum siap menjadi ibu!
Ana dinilai belum dewasa!
Belum matang!
Belum mampu punya anak!
Belum pengalaman!
dan sebagainya….

Sering ana dapati dari lisan seseorang, dia selalu membandingkan ana dengan orang lain, juga membandingkan anak ana dengan anak orang lain.

Cara merawat yang ana terapkan kepada anak ana selalu dianggap salah, dan ana seolah harus mengikuti cara yang dilakukan orang lain yang anaknya sehat.

Hingga ana mempertanyakan pada diri sendiri..
Seburuk itukah ana sebagai seorang ibu?

📌 ME VS ME

Ana berusaha mencari jalan keluar, agar anak ana ini bisa hidup dan tumbuh seperti anak-anak normal lainnya. Sehat, cerdas, aktif, dan tenang.

Tapi bagaimana caranya?
Sementara, kondisi anak ana saat itu sangat berkebalikan.

Sempat ana meragukan diri sendiri…
Tapi diri ini terdorong untuk tidak menyerah.

Cemoohan dan komentar negatif dari orang-orang malah semakin membuat semangat ana berapi-api,

Akhirnya, ana bulatkan tekad dan memutuskan untuk memilih terapi mandiri untuk anak ana, tanpa obat dokter.

Dan seperti biasa…
Itu juga jadi bahan cemoohan..

Banyak orang yang menyarankan agar ana menghentikan langkah itu, dikhawatirkan berbahaya buat anak ana jika melakukan terapi mandiri tanpa resep dokter.

Tapi ana tetap bersikeras tidak menyerah.
Bahkan susu formula pun tidak ana berikan untuk anak ana.

🔸 MERAWAT DENGAN PENGHAYATAN

Ana rawat dia dengan penghayatan, dengan harapan, dengan do’a sepenuh hati kepada Allah.

Ana punya keyakinan, insyaaAllah anak ana bisa berkembang dengan normal dan anak ana bisa sembuh tanpa obat.

🔸 PILIHAN BERDASARKAN PENGALAMAN

Kenapa ana pilih merawat anak ana tanpa obat?
Bukan karena takut obat, tapi ana sudah kenyang dengan obat..

Di masa anak-anak sampai menjelang nikah, ana konsumsi obat-obatan dan itu tidak membuat ana sembuh 100% malah masih beresiko penyakit ana akan kambuh kembali, dan zat kimia dalam obat sangat berpengaruh terhadap otak dan genetik, juga melemahkan daya ingat, dan itu terjadi pada ana..

Ana tak ingin anak ana ikut-ikutan terus mengonsumsi obat-obatan, yang nantinya tidak melatih kekuatan imunnya.

🔸 HARAPAN TIPIS: BERTAHAN HIDUP ATAUKAH AKAN MATI?

Dulu saat rutin mengkonsumsi obat, anak ana tetap sering sakit-sakitan, berat badan segitu-gitu aja.. lemas, lesu, rewel, kurus..

Bapaknya sampai pasrah sama Allah dengan kondisi anak yang entah akan bertahan hidup ataukah mati?

Alhamdulillah, bi’idznillah sejak stop obat-obatan perubahannya sangat jauh, anak ana semakin lincah, sehat, cerewet, bobot seimbang, tidak seperti dulu sering naik turun layaknya ombak laut.

Sekarang kondisinya makin membaik, alhamdulillah..

🔸 DIA MEMANG TAK SAMA DENGAN YANG LAIN, TAPI TETAP MENJADI KEBANGGAAN..

Anak ana ini hidup dengan perawatan khusus, dia tidak bisa dirawat dengan perawatan yang sama dengan orang lain..

Orang-orang mungkin tetap mencemooh pilihan ana, tapi biarlah orang lain dengan cara mereka sendiri, toh cara yang mereka lakukan juga belum tentu cocok dengan anak ana, karena tiap orang memiliki cara masing-masing untuk hidup..

Alhamdulillah dengan terapi mandiri, selain kesehatan fisik, kecerdasan anak ana juga ada peningkatan..

Dia sudah hafal angka 1-10 (Indonesia dan Inggris)
Dia sudah hafal huruf Hijaiyah..

Perubahannya sangat jauh dibandingkan sebelumnya.

🔸 BERSYUKUR DAN BERHARAP KEPADA ALLAH

Alhamdulillah, anak ana masih tahap penyembuhan dan mengejar berat badan idealnya.. Biasanya di angka 6 -7 kg, alhamdulillah sekarang sudah berada di angka 8 kg, semoga bisa mengejar BB ideal di angka 14 kg dan bisa mengejar tinggi badan ideal.

Di usianya yang menginjak 2 tahun, semoga Allah mudahkan jalannya untuk sembuh total dari seluruh penyakit yang pernah diderita dan bisa sehat sepenuhnya sesuai harapan, aamiin..

⤴️
✉️ Email kiriman dari: Ummu U***ah
📃 Disunting oleh: SHL

Yuk, bagikan artikel ini!